Penulis: Asih Sunarsih*
Di era digital saat ini, Tiktok telah mengembangkan lebih dari sekedar platfoam hiburan. Kini telah merubah menjadi tahap utama bagi ekspresi diri, terutama dalam hal fashion.Dengan format video pendek yang menarik dan algoritma yang canggih, Tiktok telah berhasil menarik perhatian jutaan pengguna di seluruh dunia, termasuk generasi muda di Indonesia. Tren Outfit of the Day (OOTD) yang dulunya terbatas pada blog atau Instagram, kini menemukan rumah barunya di Tiktok, ini mempengaruhi cara generasi muda dalam memilih dan memadukan pakaian. Konten-konten yang menampilkan berbagai gaya berpakaian, mulai dari kasual hingga formal, dari gaya lokal hingga internasional, telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang.
1. Tiktok Sangat Mempengaruhi cara Berpakaian Anak Muda
Tiktok menjadi objek bagi penyebaran tren fashion di kalangan anak muda. Konten OOTD hadir dalam berbagai bentuk seperti transisi baju, review brand lokal, hingga tantangan mix and match. Video OOTD yang sering muncul di For You Page (FYP) jadi referensi gaya baru yang cepat banget menyebar. Semua ini membuat banyak remaja mulai memilih pakaian bukan lagi berdasarkan kenyamanan atau selera pribadi, tapi berdasarkan apa yang sedang viral dan banyak dipakai di TikTok. Gaya berpakaian jadi ditentukan oleh tren, bukan kepribadian. Disatu sisi, ini bisa jadi hal yang menyenangkan karena memberi inspirasi. Tapi disisi lain, bisa juga menimbbulkan tekanan social, terutama kalau tidak bisa mengikuti tren karena alasan ekonomi.
2. Gaya Berpakaian Kini Menjadi Bagian dari Personal Branding di Media Sosial
Gaya berpakaian perlahan berubah menjadi bagian penting dari personal branding, terutama di media sosial. Lewat busana yang dikenakan, seseorang bisa menunjukan identitas, keperibadian, bahkan nilai-nilai yang mereka anut tanpa harus berbicara sepatah kata pun. Di Tiktok seseorang yang sering tampil dengan gaya kasual dan playful akan lebih mudah dikenali sebagai pribadi yang santai dan ceria. Sementara mereka yang tampil dengan warna-warna earth tone, potongan minimalis, dan gaya konsisten, sering dipersepsikan sebgai pribadi estetik, tenang, dan rapi. Tak heran kalau akhirnya banyak anak muda mulai memperhatikan penampilan mereka secara sadar, bukan Cuma untuk tampil bagus di dunia nyata, tapi juga didunia digital. Salah satu pengguna Tiktok, Nada (21), mahasiswa dan creator konten fashion local, mengaku bahwa pilihan bajunya sekarang lebih terarah karena sudah punnya karakter gaya tersendiri. Dulu aku suka coba-coba semua gaya, tapi sekarang lebih kea rah gaya feminism yang clean dan pastel. Soalnya itu udah jadi image aku di Tiktok. Orang-orang suka dan lebih gampang ingat aku dari situ. Ujarnya saat saya wawancari lewat DM.
3. Antara Gaya dan Realita
Dibalik kilauan trend dan gaya yang ditampilkan, tersembunyi realita kesenjangan sosial yang semakin mencolok. Banyak pengguna Tiktok khususnya anak muda yang merasa tertekan untuk mengikuti tren fashion yang viral, meskipun kondisi ekonomi mereka tidak mendukung. Fenomena ini menunjukan bahwa media sosial memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku konsumtif remaja.Menurut Yunita dan Yuliani (2023) menunjukan bahwa penggunaan media sosial Tiktok memiliki pengaruh signifikan terhadap tren fashihon di kalangan mahasiswa, dengan nilai p < 0,05, yang berarti secara statistic terdapat pengaruh yang berarti antara penggunaan Tiktok terhadap tren fashion. Hal ini menunjukan bahwa konten fashion di Tiktok dapat mempengaruhi persepsi dan prilaku berpakaian individu, yang pada gilirannya dapat memperkuat kesenjangan sosial antara mereka yang mampu mengikuti trend dan yang tidak.
4. Ketika Tren Menjadi Kebutuhan
Konten-konten seperti haul belanja, unboxing, dan rekomendasi outfit yang terus bermunculan menciptakan dorongan untuk selalu mengikuti tren terbaru. Hal ini menyebabkan munculnya prilaku konsumtif, dimana individu merasa perlu membeli barang-barang tertentu bukan karena kebutuhan, tetapi karena keinginan untuk tetap relevan di dunia maya. Menurut Faisal (2023) mengidentifikasi bahwa penggunaan media sosial memiliki korelasi positif yang signifikan dengan prilaku konsumtif mahasiswa. Faktor psikologis seperti tekanan sosial dan kebutuhan akan pengakuan diri juga memainkan peran penting dalam mendorong prilaku konsumtif melalui media sosial. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk memilki kesadaran ktitis terhadap pengaruh media sosial terhadap prilaku konsumtif. Dengan memahami bahwa tidak semua tren harus diikuti, individu dapat membuat keputusan yang lebih bijak dalm konsumsi fashion, menjaga keseimbangan antara keinginan untuk tampil modis dan kemampuan finansial yang dimiliki.
* Penulis adalah Mahasiswa Program Studi Sastra Inggris di Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang (UNNES)