Penulis: Ni Luh Komang Dea Pradnya Paramitha*
Pernah gak kalian sedang bermain game bersama teman saat tengah malam dan tiba-tiba saat ngobrol dan bermain, seorang teman kalian tertidur? Sekilas terdengar lucu, tapi jika ditelusuri lebih dalam, ini bisa menjadi gejala serius dari masalah kesehatan yang kerap diabaikan oleh para gamer, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda.
Bermain Game – Dari Hiburan Menjadi Kebiasaan Berlebihan
Gaming bukan lagi sekadar aktivitas hiburan. Ia telah menjelma menjadi bagian dari gaya hidup digital yang intens. Menurut laporan dari Global Web Index (2022), lebih dari 80% anak muda di Asia Tenggara menghabiskan setidaknya 1-3 jam per hari untuk bermain game online. Bahkan, sebagian di antaranya bisa bermain hingga larut malam tanpa henti. Aktivitas ini, tanpa disadari, berdampak langsung pada kualitas tidur dan kesehatan mental pemain.
Ketiduran Mendadak – Bukan Tidur Nyenyak, Tapi Microsleep
Fenomena tertidur tiba-tiba saat bermain game bisa dikaitkan dengan apa yang disebut sebagai microsleep, yaitu episode singkat kehilangan kesadaran atau tidur selama beberapa detik. Hal ini sering terjadi ketika seseorang mengalami kekurangan tidur kronis.
Penelitian yang dipublikasikan di Nature and Science of Sleep (Jackson et al., 2018) menyebutkan bahwa sleep deprivation dapat mengganggu area otak yang mengatur kewaspadaan, fokus, dan respons kognitif. Ketika otak dipaksa untuk terus aktif meski sudah kelelahan, tubuh akan “memaksa” otak untuk beristirahat meski hanya beberapa detik, sehingga menyebabkan ketiduran mendadak.
Blue Light & Ritme Sirkadian – Kombinasi Berbahaya
Selain itu, paparan cahaya biru (blue light) dari layar gawai saat malam hari juga mengganggu ritme sirkadian tubuh, atau jam biologis yang mengatur kapan kita harus tidur dan bangun. Penelitian dari Harvard Medical School (2014) menunjukkan bahwa cahaya biru menekan produksi hormon melatonin hingga 2x lipat dibanding cahaya kuning atau merah. Hasilnya, meskipun tubuh lelah, otak tetap “terjaga”, hingga akhirnya kolaps dalam kondisi ekstrem.
Bermain Game, Aktivitas Stimulatif Tinggi
Game, terutama yang bersifat kompetitif atau mengandung elemen visual dan audio cepat, meningkatkan kadar dopamin dan kortisol dalam tubuh. Dua zat ini membuat kita tetap waspada dan fokus. Tapi jika dimainkan berjam-jam tanpa jeda, otak mengalami overstimulation yang justru memicu kelelahan mental berat.
Dalam jurnal Frontiers in Psychology (2020), disebutkan bahwa video game addiction dapat menurunkan kontrol eksekutif otak dan mengganggu fungsi tidur alami seseorang.
Kapan Harus Waspada?
Jika kamu pernah:
- Tertidur di depan layar tanpa sadar
- Sulit bangun di pagi hari meski sudah tidur lama
- Sering merasa “blank” saat bermain game
- Mengalami penurunan konsentrasi dan emosi tidak stabil
Maka, itu tanda bahwa tubuhmu sedang dalam kondisi fatigue dan butuh pemulihan.
Apa yang Harus Dilakukan?
Untuk menghindari risiko ketiduran mendadak saat bermain game, ada beberapa langkah penting yang dapat dilakukan. Pertama, batasi waktu bermain dengan menggunakan fitur screen time di smartphone agar durasi bermain tetap terkontrol. Kedua, terapkan kebiasaan tidur yang sehat (sleep hygiene), salah satunya dengan mematikan semua layar gadget setidaknya satu jam sebelum tidur untuk memberi waktu otak bersiap beristirahat. Ketiga, lakukan olahraga ringan secara rutin, seperti jalan kaki selama 30 menit setiap hari, karena aktivitas fisik terbukti mampu meningkatkan kualitas tidur (WHO, 2020). Terakhir, yang tak kalah penting, kenali batasan tubuh sendiri, jangan memaksakan diri untuk terus bermain atau “push rank” ketika tubuh sudah menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Kesadaran akan pentingnya istirahat akan membantu menjaga kesehatan fisik maupun mental para gamer.
Lindungi Diri, Jaga Kesehatan Otakmu
Ketiduran saat bermain game bukan sekadar lucu-lucuan. Itu adalah alarm tubuh bahwa kamu sudah melewati batas. Yuk, jadilah gamer yang sadar kesehatan. Karena percuma jago main game, kalau tubuhmu tumbang diam-diam.
* Mahasiswi Universitas Ciputra Surabaya yang tertarik pada isu kesehatan digital dan gaya hidup generasi muda