Ilustrasi: Apa yang Mereka Sembunyikan Dibalik Gedung Itu? (Dok. Istimewa)
Oleh: Muhammad Faiz Alghifari*
Di bawah langit biru nusantara berdiri sebuah bangunan megah yang dibangun untuk menjadi rumah bagi suara suara rakyat, di balik pagar megah yang selalu dijaga ketat, rumah rakyat yang sangat amat megah namun sering mengunci suara suara yang datang padanya, singgasana penuh harapan yang terkadang dibalut selimut kepentingan, gedung yang melambangkan kekuatan dan otoritas wakil rakyat Indonesia. Namun, di balik tembok-tembok tebalnya, gedung ini kerap kali menyimpan berbagai misteri yang membuat masyarakat bertanya-tanya: apa yang sebenarnya terjadi di dalam sana?
Seiring waktu, Gedung ini seolah menjelma menjadi ruang yang eksklusif dan terpisah dari masyarakat luas. Bukan rahasia lagi bahwa akses ke dalam gedung ini terbatas dan berbagai proses pengambilan keputusan kerap dilakukan tertutup dari pandangan publik. Bahkan ketika ada sidang terbuka, sering kali masyarakat hanya disajikan potongan-potongan informasi yang terkadang membingungkan. Gedung itu gedung yang seharusnya menjadi tempat perwujudan janji, namun kenyataan kerap kali membungkusnya dengan selimut kepentingan yang mengaburkan makna sejati. Di sanalah, dalam bayang-bayang aspirasi yang kadang bergetar tanpa didengar, berdiri Gedung DPR, bangunan megah yang seharusnya menjadi lidah rakyat, namun kerap kali terlena dalam keheningan dan kepentingan.
Dalam beberapa tahun terakhir, publik sering kali mendengar tentang keputusan-keputusan DPR yang menuai kontroversi. Dari pembahasan Rancangan Undang-Undang (RUU) hingga pengesahan anggaran yang dianggap tidak relevan atau membebani rakyat, banyak kebijakan yang terlihat dipaksakan dan mengabaikan suara masyarakat. Misalnya, pengesahan Omnibus Law yang dilakukan pada malam hari tanpa persetujuan luas dari publik atau perdebatan tentang undang-undang kontroversial lainnya yang terkesan terburu-buru.
Lobi dalam dunia politik memang bukan hal yang baru, tetapi ketika lobi ini dilakukan tanpa transparansi, masyarakat mulai kehilangan kepercayaan. Seolah ada pertanyaan terselubung di benak masyarakat “Apakah wakil-wakil rakyat ini bekerja untuk kepentingan rakyat atau hanya untuk kelompok tertentu yang memiliki kepentingan pribadi?” Situasi ini menciptakan jurang ketidakpercayaan yang semakin dalam antara rakyat dan wakil-wakil mereka.
Masyarakat bertanya-tanya, “mengapa di saat banyak rakyat kesulitan, DPR justru memprioritaskan gedung dan fasilitas untuk kenyamanan mereka sendiri?” Selain itu, rincian penggunaan anggaran dalam proyek-proyek ini sering kali tidak transparan, sehingga publik hanya diberi gambaran sekilas tanpa tahu persis untuk apa dana tersebut sebenarnya digunakan. Tanpa akuntabilitas yang jelas, banyak pihak khawatir ada pemborosan atau bahkan penyalahgunaan anggaran dalam proyek-proyek tersebut. Dalam sistem demokrasi, rakyat adalah pemegang kedaulatan tertinggi, dan wakil rakyat seharusnya bekerja untuk kepentingan mereka. Namun, kenyataan di Gedung DPR terkadang menunjukkan hal sebaliknya. Keterbatasan akses publik terhadap pembahasan RUU ini memperkuat persepsi bahwa banyak yang disembunyikan di balik dinding gedung itu, dan bahwa kepentingan rakyat tidak selalu menjadi prioritas utama.
Gedung DPR seharusnya menjadi simbol demokrasi yang terbuka dan akuntabel, bukan ruang eksklusif yang dipenuhi dengan berbagai misteri dan tanda tanya. Di era di mana masyarakat semakin sadar akan hak mereka atas informasi, keterbukaan menjadi kunci untuk membangun kepercayaan antara rakyat dan para wakilnya. Jika DPR tidak berbenah dan terus mempertahankan praktik-praktik yang tertutup, lambat laun, kepercayaan masyarakat terhadap institusi ini akan semakin pudar.
Tanpa kepercayaan tersebut, demokrasi Indonesia akan kehilangan pijakan pentingnya. Rakyat tidak lagi akan melihat DPR sebagai lembaga yang mewakili mereka, melainkan sebagai “gedung misterius” yang jauh dari jangkauan dan aspirasi mereka. Maka, pertanyaan sederhana tetap akan menggema di hati masyarakat Apa yang sebenarnya mereka sembunyikan di balik gedung itu? Tidak kita tidak akan pernah tau apa yang mereka sembunyika hingga kita menjadi bagian dari mereka dan terjebak dalam lingkaran penuh misteri.
* Penulis adalah mahasiswa Universitas Lampung